Jumat, 01 Juni 2018

Talkshow Etam Membumi 2018 KOPHI KALTIM




KOPHI KALTIM, Samarinda 1 Juni 2018 bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia Kalimantan Timur (KOPHI KALTIM) mengadakan acara Talkshow Etam Membumi di tribun Taman Cerdas Jalan Mayjen S. Parman Samarinda. Pada talkshow ini Koalisi Pemuda Hijau Indonesia Kalimantan Timur (KOPHI KALTIM) mengangkat tema “Memperingati 25 Tahun Hari Keanekaragaman Hayati dengan Memerangi Kantong Plastik”. Para narasumber dalam talkshow ini adalah Dr. Danielle Kreb dari Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species Indonesia (RASI), Bapak Rustam S.Hut, M.P akademisi Universitas Mulawarman dan moderator oleh Sulastri.


Bapak Rustam S.Hut, M.P mengemukakan bahwa apapun yang ada di dunia ini memiliki fungsi, sekecil apapun makhluk hidupnya. Setiap jenis hewan merupakan bio indikator, ketika ada satu jenis yang hilang maka akan muncul ketimpangan ekologi disana. Contoh, ketika berada di rawa kemudian mendengar ada suara kodok yang besar, hal itu menunjukkan bahwa air yang ada di rawa itu kotor maka jangan mencoba untuk meminumnya. Masing-masing dari kita memiliki peran untuk menjaga lingkungan, mulai dari hal-hal terkecil dulu sampai hal terbesar yang bisa dilakukan adalah melakukan sebuah aksi terkait kebijakan yang salah. Beliau juga mengemukakan fakta di lapangan bahwa perusakan habitat flora dan fauna yang paling substansi adalah oleh sampah, seperti tersangkutnya plastik di akar-akar mangrove. Data menurut salah satu studi, diketahui bahwa sampah yang ditimbulkan Samarinda setiap bulannya setara dengan 6 kali tumpukan Candi Borobudur.


Dr. Danielle Kreb pun juga mendapati fakta yang tidak jauh berbeda. Beliau mengatakan bahwa kita tidak boleh meremehkan masalah sampah, tetapi kita juga mendapati permasalahan yang tidak kalah besar yaitu pembukaan lahan untuk sawit, batu bara dan polusi yang dihasilkannya. Beliau dan tim mendapati data bahwa Sungai Mahakan di beberapa titik sudah tercemar dan tidak main-main karena untuk logam berat pun sudah tinggi. Kedua narasumber pun mengemukakan bahwa ada kesalahan dalam perencanaan, dimana Samarinda tidak memiliki dokumen pendukung seperti dokumen profil keanekaragaman hayati, dokumen daya dukung dan daya tampung sehingga rencana pembangunannya tidak dibatasi. Contoh, boleh membuka lahan sawit dengan jarak 50 m dari anak sungai, karena 50 m dari anak sungai itu ada rawa yang merupakan habitat ikan untuk pemijahan/bertelur. Ketika disana dibuka lahan sawit kemudian mengalirlah herbisida, pestisida dan sebagainya maka habitat ikan akan rusak dan banyak yang akan menjadi korban, ada nelayan, ikan termasuk juga Pesut dan satwa lain.
Sampah adalah pembunuh yang tidak terlihat. Plastik sebenarnya tidak terurai, plastik akan berubah menjadi mikroplastik yaitu plastik dengan butiran di bawah 0.5mm, kita tidak menyadari banyak plastik disekitar kita terutama di Sungai Mahakam yang kemudian mengendap masuk ke air PDAM, masuk ke tubuh ikan dan dampaknya bisa menyebabkan kanker pada tubuh kita. Yayasan Rasi juga berfokus pada riset mengenai Pesut Mahakam, suatu ketika menemukan mamalia tersebut mati karena sampah dan jaring bekas yang terhanyut di perairan. Saat dilakukan pembedahan pada pesut tersebut terdapat popok bekas di dalam perutnya.
Salah satu solusi terpenting dalam menanggulangi sampah adalah melakukan 3 R: Reduce, Reuse, Recycle. Kita bisa melakukannya dengan membawa tas belanja sendiri, membawa botol minum isi ulang apalagi ketika mengadakan acara. Kadang kita menghadapi kendala dalam melakukannya, contoh kecil ketika kita berada di toko dan menolak menggunakan tas kresek, pegawai toko melarangnya. Dalam melaksanakan 3R ini juga peran pemerintah sangatlah penting. Di luar negeri sudah disediakan tempat sampah yang berbeda untuk plastik, organik, baju, baterai dan sebagainya sehingga sudah jelas memisahkannya. Di Jepang sendiri dibedakan waktu pembuangan sampahnya. Ada waktu untuk membuang sampah kertas, membuang sampah plastik dan sebagainya. Ketika kita membuang sampah di hari yang salah maka kita akan diberikan stiker atau bahkan sampah kita bisa dikembalikan ke depan pintu kita. Sebagai komunitas juga kita bisa mengajak teman-teman untuk pergi ke habitat asli seperti ke hutan, karena dengan ini kita bisa mempelajari peran makhluk hidup di dalamnya dan memunculkan rasa kepedulian di dalam diri kita.
Bapak Rustam S.Hut, M.P menambahkan bahwa kita harus menciptakan stigma bahwa melakukan hal-hal kecil untuk menjaga lingkungan seperti itu adalah keren karena stigma keren itu harus kita sendiri yang menciptakannya dan itu adalah bagian dari kampanye lingkungan. Kita harus ambil bagian dalam aksi lingkungan, kita memiliki smartphone kita viralkan kegiatan-kegiatan peduli lingkungan. Sehingga semua orang tahu informasi-informasi terkait dampak lingkungan. Kita juga harus berani menegur teman-teman kita yang tidak melakukannya, “Contoh ketika saya di kampus, saya tidak akan mulai pembelajaran kalau saya lihat masih ada sampah-sampah yang ada di pinggiran jendela.” Bapak Rustam S.Hut, M.P juga memberikan saran untuk membuat tulisan di tempat-tempat sampah yang mengajak mereka untuk mulai memisahkan sampah. Kalau kita memisahkan sampah seperti itu maka kita sudah melakukan aksi ramah lingkungan dan memberikan kemudahan kepada para pemulung.


Menurut para narasumber, Indonesia kurang berdaulat terhadap keanekaragaman hayati, di tengah fakta yang menyatakan Indonesia menduduki peringkat pertama menggugurkan Brazil sebagai sebagai salah satu sumber megabiodiversity dunia. Dr. Danielle Kreb saat memberikan pernyataan terakhir mengatakan bahwa kita bisa mengembalikan Samarinda seperti slogan yang selama ini dimilikinya sebagai kota teduh rapi dan nyaman. Bapak Rustam S.Hut, M.P mengatakan kita harus mulai dari hal kecil, mulai dari rumah dan diri sendiri. Mulai memisahkan sampah dan memviralkan pesan-pesan terkait isu lingkungan.


Salah satu aksi nyata yang diorganisir Koalisi Pemuda Hijau Indonesia Kalimantan Timur (KOPHI KALTIM) adalah kampanye pengurangan penggunaan plastik. Di acara ini, kawan-kawan yang datang bisa menukarkan 15 sampah botol minum kemasan bekas dengan 1 tas belanja. Dengan membawa tas belanja sendiri saat membeli makanan, minuman, ataupun keperluan lainnya, berarti kita melakukan aksi nyata untuk menghindari pemakaian kantong plastik sekali pakai.


Acara ini diikuti oleh berbagai komunitas di Kalimantan Timur yaitu Generasi Baru Indonesia (GenBI), Mahasiswa Pecinta Flora dan Fauna (Maplofa) Universitas Mulawarman, You Kaltim, Muda Mengajar Samarinda, Samarinda Doodle Art, Earth Hour Samarinda, Forum Indonesia Muda (FIM) Samarinda, Junior Chamber International (JCI) Kalimantan Timur, Green Generation Samarinda, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politani), 1000 Guru Samarinda, Pusat Studi Islam Mahasiswa Universitas Mulawarman (Pusdima Unmul), Mahasiswa Pencinta Alam Amazon Teknik Mesin Politeknik Negeri Samarinda, SMAN 10 Samarinda, Samarinda Clean Action, Tangan Di Atas Samarinda, Bina Lingkungan Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kritis dan Edukatif Mahasiswa (Sketsa) Universitas Mulawarman, Zetizen Kalimantan Timur, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universita Mulawarman, Jaringan Penulis Kaltim dan Yuk! Indonesia Samarinda. Acara ini juga di sponsori oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Samarinda, Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species Indonesia (RASI), Roti Gembong Juanda, Nutrisari, Telkomsel Loop, Sunny Selempang dan Media Partner YouKaltim, Radio Republik Indonesia @Balikpapanku @infokaltim.id, @info_kukar dan Samarinda TV.

Untuk menjaga dan mencintai lingkungan, bisa dimulai dari hal terkecil, dimulai dari sekarang, dan dimulai dari diri sendiri. Terima kasih atas keterlibatan berbagai pihak dalam acara Talkshow Etam Membumi. 

Salam Lestari!



Media dan Komunikasi
Koalisi Pemuda Hijau Indonesia Kalimantan Timur (KOPHI KALTIM)
Instagram       : @kophikaltim
Twitter            : @kophikaltim
Facebook       : Kophi Kaltim

Youtube          : KophiKaltim

1 komentar: